Di artikel kali ini kita akan membahas mengenai kelanjutan dari sistem parenting ala islam yang pertama. Sering kali kita sebagai manusia bingung bagaimana mengawali tahapan dalam mendidik anak-anak kita walaupun sebagai orang dewasa, kita sudah tahu mana yang baik dan yang buruk. Sebagai orang tua khususnya ibu adalah yang akan menjadi pendidik pertama dan utama di keluarga kita apapun kondisinya. Baik itu di saat pendidikan anak nantinya akan homeschooling ataupun sekolah formal, tetap tanggung jawab atas anak-anak, kita-lah yang memikulnya moms. Jadi sangat penting kiranya kita tahu bagaimana pola pendidikan di rumah yang baik untuk anak-anak kita. Dengan menjadi seorang ibu berarti kita juga harus siap menjadi pembelajar seumur hidup.
Perlu diingat bahwa proses yang lillah (dilakukan karena Allah semata) insyaallah akan diijabah sbg amal sholeh. Aamiin. Nah, setelah semua sudah matang barulah kita masuk ke dalam isi materi parenting ala islam. Materi parenting ala islam dikelompokkan menjadi beberapa tahapan. Tahapan-tahapannya berupa:
1. Program usia 0-7 tahun .
2. Program usia 7-14 tahun.
3. Program usia 14-21 tahun.
Untuk program 0-7 tahun, pembahasannya akan dibagi menjadi beberapa fase yaitu fase pendidikan di usia 0-2 tahun, 2-5 tahun dan fase terakhir di usia 5-7 tahun.
PROGRAM 0-7 TAHUN
Pada usia 0-7 tahun, SISTEM PARENTING SESUAI SYARIAT ISLAM anak fokus pada pelayanan tumbuh kembang. Fase ini merupakan fase bagi persiapan pendidikan jelang baligh. Materinya sangat sederhana, yaitu orang tua sebagai model dan materi utamanya adalah tauhid. Keterampilan lain, adalah bonus. Anak adalah raja dan dipenuhi kebutuhannya, asupan gizinya, baik gizi fisik dan terutama gizi ruhiyahnya. Penuhi hari-harinya dengan pemahaman tentang rahman dan rahimnya Allah. Dan itu semua harus terwujud dari perilaku orang tuanya.
Fase Pendidikan usia 0-2 tahun
Pada fase ini, anak merespon aktif dengan indra pendengarannya. Di 3 bulan pertama kehidupannya, orang tua harus rajin menstimulasi penglihatannya. Karena bayi yang baru lahir biasanya hanya mampu membedakan antara gelap dan terang secara gradasi. Jadi, di awal, bayi hanya melihat orang dalam bentuk siluet hitam putih tanpa detil.
Menurut Glenn Doman, bayi di usia ini bisa distimulasi dengan cara mematikan dan menghidupkan lampu beberapa kali dalam satu hari sembari menjelaskan bahwa inilah terang dan inilah gelap.
Memainkan cahaya senter yang diarahkan ke telapak tangan ibu dengan dihidupkan dan dimatikan, juga bisa menjadi stimulasinya. Menggerakkan titik fokus cahaya senter juga mampu melatih reflek bola mata anak pada usia 3 bulan pertamanya.
Fase Pendidikan usia 2-5tahun
Fase Ini adalah masa terbaik untuk menstimulasi multiple intellegent anak. Saat ini otak anak tumbuh persis seperti spons. Apapun yang ditangkap indra anak akan disimpan di otaknya tanpa memperdulikan sistem nilai apapun. Kebaikan dan keburukan belum ada dalam konsep anak. Jadi anak di usia ini tidak ada yang “nakal”. Semua perilakunya digerakkan oleh rasa ingin tahu yang menggebu-gebu akibat pesona seluruh indra tubuhnya yang sudah mulai merespon dengan baik.
Menut Bobby De Porter, inilah saatnya merangsang Multiple Intellegent anak agar di atas usia 7 tahun kita sudah memiliki peta kasar tiga kecerdasan dominan anak yang kelak bisa dikerucutkan lebih lanjut menjadi satu yang paripurna.
Setiap satu keterampilan baru, akan menyambungkan infirmasi terdahulu yang sudah dimiliki otak. Informasi awal ini mirip sambungan seutas benang. Jika diulang sd 1.000x maka ia akan menebal sebesar jari (semua dilihat di bawah mikriskop ya) .Inilah yang, akan menjadi habits. Proses ini dinamakan myelinasi. Jangan heran kalau anak usia ini senang mengulang ulang perilakunya. Qadarullah, sebuah bentakan akan memutuskan sambungan informasi itu dan titik syaraf itu mati/”hangus”.
Fase Pendidikan usia 5-7 tahun.
Masa ini sudah lebih mudah. Fondasinya adalah pada masa 2-5 tahun. Oleh karena itu, upayakanlah masalah emosi anak selesai di usia 5 tahun. Maksimum anak boleh tantrum sd 7 tahun. Karen tantrum sesungguhnyauncul krb keterbatasan kmpuan komunikasi dengan kosa kata yang masih miskin. Tapi akan berubhenjadi perilaku negatif jika respon ortu salah. Tapi kl usia 5 tahun sudah beres, baik sekali. Sempurnakan fase egosentris 2-5 tahun. Insyaallah 5-7 kita sudah bisa boboti dengan informasi yang lebih mengarah pada thinking skill.
Untuk hafalan dan baca quran sudah bisa lbh distruktur dan waktunya bisa lbh bnyak pengulangan. Pengenalan pensil kertas jg sudah boleh untuk mencoret bebas dengan diiringi keterangan/ cerita lisan.
Pra-membaca dengan membaca gambar sudah bisa dilakukan. Ijinkan anak berimajinasi dr gambar yang ditunjukkan oleh teks. Media belajarnya yang penting gambar. Mau beli buku khusus, silahkan. Kl mau yang murah bisa beli koran saja, lalu gambar headline nya jadikan bahan ngobrol. Main main dengan huruf juga sudah boleh kl anak suka. Oh ya, tidak perlulah deretan huruf ditempel di dinding. Biarkan saja dinding kosong, sehingga anak tidak terpancing mencoret dinding. Kl anak suka dengan dinding, sediakan papan tulis besar yang boleh dicoret anak sesuka hati.
Ajak anak beberes tiap kali habis main sehingga ia mulai mengenal arti tanggung jawab. Membereskan alat makan pribadi dan meletakkan barang pada tempatnya akan sangat membantu proses pada tahap berikutnya. Ijinkan ia mengakses anak tetangga sbg teman ttapi dalam pengawasan kita orang dewasa agar sistem nilainya tdk luntur. Nasehat-nasehat pendek sudah mulai boleh diberikan. Jangan ngomel ya mak.
Konsep bilangan sudah mulai dikenalkan. Menjumlah dan mengurang satu atau dua sudah bisa dikenalkan. Meminta anak mengantar makanan pada tetangga jg sudah boleh dilakukan agar ia belajar ttg silaturrahim. Perhatikan kosa kata anak. Jika sering berteriak, tdk santun dll, kritik dengan lemah lembut.
Ajarkan ia bertutur kata dengan kalimat kalimat yang memuliakan lawan bicaranya yi dengan memanggil subjeknya, lemah lembut, tdk rebutan, pandai mendengarkan, dan menggunakan kata tolong, maaf dan terima kasih tanpa bentakan dan teriakan serta dengan wajah yang cerah.
SULIT ?
Pasti
BISA ?
InsyaAllah, Bisa.
Persiapkan ia masuk pada tahap berikutnya yaitu tahap 7-14 yang merupakan tahap pra latih dan melatih. Atau kalau menggunakan literatur islam, program usia 7-14 tahun ini adalah tahapan budak.
Model komunikasi ayah bunda akan menjadi model komunikasi anak-anak. Perilaku santun bunda pada ayah, perilaku mesra ayah pada bunda akan sangat membentuk kepribadian anak anak kita. Karena anak anak akan 24 jam bersama kita, tentu mayoritas perilakunya adalah cerminan perilaku kita. Maka ketika menemukan hal buruk od peilaku mereka, periksa segera diri kita. Cek perilaku kita. Perbauki diri kita lalu barulh menata ulang anak anak kita. Di sinilah kejujuran dan kesediaan kita mebuka diri amat dibutuhkan. Keselarasan dengan pasanganpun akan sangat teruji di etape ini. Jadi di program tahapan usia ini, sebenarnya yang belajar keras adalah kita, para orang tua. Oleh krn itu sayang sekali kalau anak usia 2-5 tahun sudah mulai sekolah. Sebab di sistem nilainya akan tumpang tindih antara value keluarga kita, value sistem sekolahnya dan value si gurunya. Masa ini adalah masa menanam sistem nilai, bukan masa menanam skill.
Maka, program parenting sesuai syariat islam pada anak usia 0-7 tahun yang bisa kita (orangtua) lakukan adalah:
1. Stimulasi seluruh indra melalui berbagai aktivitas harian di rumah dan kedekatan dengan alam. Jalan, berjongkok, melompat, meloncat, melempar, menendang, meniti, berjinjit, berlari merupakan gerak rutin yang bisa didesain dlm bentuk permainan.
2. Tentukan jadwal main total (tanpa target, murni stimulasi dan kesenangan) dan pendekatan main pada aktivitas riil seperti beberes, menyapu, membantu memasak dengan ambil bawang, ambil lap, dll.
3.Tentukan jadwal belajar yang lbh terstruktur, misalnya 3-5 menit pagi, siang atau sore. Aturlah kegiatan ideal lainnya secara konsisten
4. Ingat, ketekunan adalah yang utama. Karena tauhid dan keteladanan di usia ini adalah program yang tumpang tindih.
5. Parents good habits similar to the children good habits. Maka, sebelum menikah, berlatihlah menjadi pribadi (syaksiyah) sholih/ah. Walaupun ada yang baru mau memulainya saat setelah menikah, disiplinkanlah diri agar bisa selalu istiqomah dalam melakukannya. Karena kalau tidak sekarang kapan lagi. Jangan sampai terlambat melakukannya. Dikatakan terlambat disaat anak-anak sudah keburu menyerap yang tidak baik dari diri kita dan menjadikan hal tersebut menjadi musabab dia melakukan sesuatu, nauzhubillah tsumma nauzhubillah
SUMBER :
Materi kulwap mengenai Homeschooling yang disampaikan oleh ummi Kurniasari Mulia (ketua Muslimah center, Yayasan Muslimah Indonesia)
4 Comments. Leave new
Sangat mengispirasi sekli tulisannya jdi bisa bekal pengetauan sy buat mengasuh anak suatu saat nnti klo sdh nikah 😂👍
hehehe iya bang
Anak yang baik mencerminkan kebaikan orangtua yang mengajarkannya. Islam udah mengatur parenting sebenernya ya kak. Tinggal kita orangtua yang harus mendorong diri untuk belajar lebih baik lagi. Salah satunya dengan ikut kulwap seperti ini.
iya kak bener. hehhehe