Badai itu datang dan menyelimuti rumah kami. Ramadhan tahun 1444H ini menjadi bulan yang sangat membuat haru biru di keluarga kami. Orang tua yang selama ini telah mengemban tugas menjadi Ibu sekaligus Ayah menyelesaikan bakti dan tanggung jawab nya terhadap ku dan kakak ku. Ibu ku tutup usia tepat di tanggal 23 Ramadhan 1444H, tanggal 14 April di hari Jumat tahun 2023 waktu dhuha yaitu 9.15 WIB. Bukan hanya meninggal di hari dan bulan terbaik, beliau juga didoakan (khatam al quran berkali-kali) oleh para santri tahfizul qur’an yang tidak mengenalnya.
Kalau membicarakan tentang Ibu, semua orang pasti punya ceritanya masing-masing termasuk aku. Orang yang mengenal ku sudah pasti tahu bagaimana aku mengidolakan ibuku setelah Allah dan Rasulullah. Banyak yang tak menyangka sekaligus takjub dengan bagaimana mamak kami meninggal. Mamak panggilan kami pada Ibu yang mengandung, melahirkan dan menghidupi kami semasa hidup.
Meninggal di hari jumat waktu dhuha dan 10 hari terakhir di bulan Ramadhan suatu tanda bahwa sungguh mamak kami adalah orang yang terpilih. Berikut keutamaan-keutamaannya yang saya kutip dari beberapa referensi.
KEUTAMAAN MENINGGAL DI HARI JUM’AT
“Penghulu hari (Sayyidul Ayyam) adalah hari Jumat, dan ia adalah seagung-agungnya hari bagi Allah, bahkan lebih agung bagi Allah daripada hari raya Fitri dan Adha. Dan pada hari Jumat itu terdapat lima kejadian, yaitu: Allah menciptakan Adam, Allah menurunkan Adam ke dunia, Allah mewafatkan Adam, hari Jumat adalah saat yang tidaklah seseorang memohon kepada Allah melainkan pasti dikabulkan selama ia tidak meminta barang yang haram, dan pada hari itu akan terjadi kiamat. Tidak ada malaikat yang dekat kepada Allah, langit, bumi, angin, gunung-gunung, lautan melainkan semuanya mencintai hari Jumat.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
“Setiap muslim yang meninggal dunia pada hari Jumat atau malam Jumat pastilah dilindungi oleh Allah dari cobaan pertanyaan di alam kubur.” (HR Ahmad).
KEUTAMAAN MENINGGAL DI BULAN RAMADHAN
“Siapa saja yang meninggal di bulan Ramadan dalam keadaan beriman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka ia akan terbebas dari azab kubur.” (HR. Ahmad dan Tarmidzi).
Sungguh tidak semua orang bisa mendapatkan keistimewaan seperti mamak kami. MasyaAllah. Patutlah bahwa sampai sekarang mamak masih menjadi idola buat ku. Semoga aku juga bisa terpilih mendapatkan akhir hidup seperti mamak. Selain keutamaan yang telah ku paparkan tadi, bisa bersama dengan orang-orang tercinta saat mengalami masa-masa tersulit menjadi hal istimewa lain yang didapat oleh mamak. Berikut beberapa amalan yang bisa kita jadikan sebagai pelajaran mengenai beliau.
1. Menghabiskan lebih dari setengah hidup nya buat anak yatim
Tidak sedikit yang menanyakan kepada kami sepeninggal mamak, tentang amalan apa yang dilakukan mamak semasa hidup beliau. Beliau tidak yang begitu getol sekali beragama. Maksudnya tidak rutin pergi mengaji keluar rumah ataupun merutinkan ikut kajian. Hanya saja lebih dari setengah umurnya beliau dedikasikan hidupnya untuk menyedekahkan segala miliknya untuk menghidupi kami anak yatimnya. MasyaALLAH Tabarakallah. Sesungguhnya segala kebutuhan kami bukanlah tanggung jawab beliau. Melainkan tanggung jawab dari keluarga ayah kami. Sejak umur beliau 26 tahun, beliau sudah janda. Tepat waktu umur kakak ku 5 tahun dan umurku 2 bulan, ayah kami meninggal dunia. Mamak menjadi janda di usia yang masih begitu muda. Beliau sudah harus menjadi single mother. Beliau melakukannya dengan ikhlas dan tanpa pamrih sedikitpun. Tidak pernah menggugat pun mengkeluhkan tentang kami pada keluarga pihak ayah. Bahkan sampai beliau meninggal, tidak sepatah kata pun yang buruk terlontar dari bibir beliau saat membicarakan tentang keluarga dari pihak ayah kandungku.
2. Sering memberi makan dan memuliakan tamu.
Tidak hanya menghabiskan lebih dari setengah hidupnya buat anak yatim, beliau juga dikenal oleh sejawatnya sebagai orang yang senang memberikan makanan. “Sesungguhnya orang terbaik di antara kalian adalah orang yang memberi makan.” (HR. Thabrani).
Pun tidak ketinggalan, beliau juga sangat senang memuliakan tamu. Beliau sering sekali berpesan kepada kami anak-anaknya untuk tidak membiarkan tamu yang pulang dari rumah kami dalam keadaan kelaparan. Sungguh kebiasaan beliau sebagai pendidik menjadikan kami juga menjadi anak yang sangat menjunjung tinggi adab sebelum ilmu. MasyaAllah Tabarakallah. Tidak sedikit juga siswa-siswi yang pernah dididik oleh beliau yang diberikannya makanan juga baju seragam.
3. Suka menyambung silaturrahim
Baik dekat maupun jauh, beliau sangat senang menyambung silaturrahim. Baik saat sehat maupun sakit beliau suka mendatangi kerabatnya. Pernah saat beliau sakit dan sedang masa pandemi covid19, kakaknya sedang mengalami sakit. Waktu tempuh dari rumah kami ke rumah kakaknya bisa menghabiskan waktu 14 jam perjalan via darat. Karena keadaan beliau yang memang sedang kurang sehat, aku sedikit berdebat saat beliau memutuskan untuk pergi. Waktu itu beliau berkata, “tenang nak aku tidak akan apa-apa. InsyaAllah makin sehat saat sampai dirumah kembali.” Terakhir sebelum meninggal, beliau juga baru mengunjungi keponakannya yang baru meninggal. Ditempat yang berdekatan dengan rumah kakak yang dikunjungi sebelumnya. Itupun ditempuh dalam keadaan yang tidak sedang sehat sekali. Sungguh pelajaran buat kami, yang ditinggalkannya.
4. Selalu ikhlas menerima apa yang terjadi
Pernah sekali aku berkomentar begini, ” ngapain lah kita berbuat terlalu baik kepada orang, yang bahkan orang tersebut tidak bisa sopan kepada kita.” Kemudian beliau langsung menanggapi komentar tersebut dengan berkata, “sungguh apa yang kita lakukan ini tidak akan terlewat dari catatan Allah nak, tenanglah. Tidak akan berkurang sedikitpun kebaikan yang kita lakukan ini, walau tidak nampak oleh siapapun makhluk di dunia ini. Biarkan saja mereka yang mungkin belum paham tentang kebaikan yang kita lakukan ini. Toh, kita berbuat begini dengan niat yang baik. InsyaAllah akan selalu baik kembalinya buat kita nak.” MasyaAllah Tabarakallah. Sungguh ikhlas adalah keadaan yang sangat sulit, tapi beliau mempraktekkannya semasa hidupnya.
Pernah juga aku mendengar cerita dari teman mamak. Mereka menceritakan bagaimana mamak dicemooh di depan matanya sendiri oleh mertuanya yang tidak lain adalah nenekku. Saat itu, mamak dan temannya sedang duduk di angkutan umum. Tiba-tiba nenekku naik dan tidak sadar kalau mamak dan temannya sudah lebih dulu ada di angkutan umum tersebut. Nenek yang bertemu dengan temannya di dalam angkutan umum yang sama dengan mamakku waktu itu asyik membicarakan mamakku dengan temannya. Lalu saat mamak sudah sampai ditujuan lebih dulu, mamak permisi pada nenek yang waktu itu kaget dengan keberadaan mamak di angkutan umum yang sama dengan nya. Mamak membayar ongkos nya dan ongkos nenekku sekaligus. Teman mamak yang pada saat itu tidak ikut turun bilang kepada nenek kalau apa yang telah dilakukannya terhadap mamakku itu tidak baik. Semoga kelapangan kubur diterima oleh mereka semua.
Begitu banyak cerita tentang keikhlasan dan perbuatan baik beliau yang diceritakan teman-temannya kepada ku. MasyaAllah tabarakallah. Aku bangga menjadi anak dari mamak (Khususon Ila Ruhi “Maslan Harahap Binti Burhanuddin Harahap” Al fatihah)
Ya Allah ampunilah segala kesalahan-kesalahannya, baik yang disadari maupun yang tidak disadari telah dilakukannya.
Ya Allah, terimalah amalan Ibuku baik yang kecil maupun yang besar.
Ya Allah jadikanlah kuburnya seperti taman-taman surga Mu.
Ya Allah muliakanlah ia dengan surga firdaus Mu wahai Rabb yang maha mulia.
![](https://www.lancerosa.com/wp-content/uploads/2023/05/WhatsApp-Image-2023-05-25-at-10.30.40.jpeg)
7 Comments. Leave new
Semoga Bu Lance dipertemukan dengan nenek di surgaNya kembali. Allah pasti sayang sekali dengan mamak Bu Lance sampai diberi beberapa keutamaan di hari meninggal nya. Terlebih di hari Jumat, di bulan Ramadhan, dan di waktu Dhuha.
allahumma aamiin. makasih ya nak. jazakillah khoir