TRIP HALAL ASIA TENGGARA
Bandung – Thailand – Laos – Vietnam
Assalamualaikum semua, lanjutan dari Trip Halal Asia Tenggara : Bandung-Thailand-Laos-Vietnam ……
Laos
Akhirnya sampai di hari kami berangkat ke Laos. Kami memilih moda transportasi kereta api untuk pergi ke Laos dari Bangkok. Dari penginapan kami memilih menggunakan taksi untuk pergi ke stasiun kereta api Hua Lamphong Train Station di Bangkok. Sebenarnya lebih mudah menggunakan MRT untuk menuju ke loakasi ini. Nama MRT (subway)dan MRT-Station nya sama.
Kereta menuju Laos (Nong Khai Train Station) dari Bangkok berangkat dari Stasiun Hua Lamphong dapat ditempuh dengan waktu tempuh kurang lebih 10 jam. Harga tiket berkisar Rp. 75.000 saat itu untuk kelas ekonomi. Berikut penampakan gerbong di night train tersebut.
Sampailah kami di Laos pagi hari karena kami berangkat malam dari Bangkok. Di Stasiun Nong Khai Laos, kami disambut oleh keluarga Li Ko dengan kalungan bunga khas Laos (bunganya mirip bunga taik ayam kalau di medan, hahhaa). Ternyata kegiatan tersebut memang sudah tradisi di sana. Begitu mulia tamu di mata orang laos. Bukan hanya kalungan bung, sesampainya di rumah Li Ko kami juga disugungi tradisi tabur bunga dan pemberian gelang benang (kalau di khas mandailing seperti upah-upah, bedanya kalau diupah-upah disuguhi makanan kalau disana disuguhi taburan bunga, hahahha).
Pagi sampai siang, kami berdiam untuk istirahat sejenak di rumah Li Ko. Setelah badan kami relaks dan tidak lelah, siang itu pun kami keliling Laos (vientien). Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Budha Park. Di tempat ini seperti taman yang hanya dipenuhi padang rumput hijau dan juga terdapat patung-patung Budha. Li Ko menjelaskan bahwa setiap hari dan waktu, budha mempunyai rupa yang berbeda-beda.
Setelah selesai mengeplorasi Budha Park, kami pun bergerak menuju Pa That Luang. Pa that luang dalah sebuah candi Buddha besar yang dilapisi emas. Candi ini terletak di pusat kota Vientiane, Laos. Pha That Luang dianggap sebagai monumen nasional yang terpenting dan sebagai simbol nasional di Laos.
Kami bergerak ke destinasi selanjutnya di pusat kota Vientine, Laos. Terdapat gerbang kemenangan di jantung kota Vientine yang disebut dengan Patuxai. Gerbang ini sengaja dibuat mirip arc de troamph di perancis untuk mengenang kemerdekaan Laos atas jajahan Perancis waktu dulu. Di sepanjang kawasan ini terdapat kolam kecil. Di ujung di sekitaran kawasan gerbang patuxai terdapat gong perdamaian (World Peace Gong).
Kami juga berkunjung di Vientine Night Market. Di sana banyak terdapat banyak jajaran dagangan barang-barang khas Laos. Setelah kelelahan seharian menyususri kota Vientine, kami pun pulang ke kediaman Li Ko dan beristirahat disana. Keesokan harinya kami pun bergegas dari Laos menuju Vietnam via jalan darat dengan menggunakan mobil saudaranya Li Ko yang kebetulan berkebangsaan Vietnam. Sebelum pergi pagi itu imey-nya Li Ko (panggilan khas untuk ibu disana) menyediakan makanan khas laos pada kami. Rebung yang direbus dengan sop ikan dan nasi ketan putih (sticky rice) telah berjejer di meja makan. Awalnya ketika ibu Li Ko memasak di pagi buta saya terbangun untuk solat subuh. Nah, setelah solat saya ke dapur dan menanyakan ke Li Ko bagaimana mereka memasak dan menanyai mengenai alat dapur yang mereka gunakan. Saya merasa penting bagi saya menanyakan hal tersebut karena Li Ko bukanlah seorang muslim. Dia tahu dan mengerti tentang kekhawatiran saya itu sambil mengatakan “Calm down lance, all stuff that imey used is new”. I’ve told imey before about this and all this eating set and kitchen set like bowl etc that we will using today, are new dear lance” (Tenang lance, semua barang-barang ini baru. Aku sudah pernah bilang ke ibu sebelumnya tentang hal ini dan semua alat makan dan alat dapur yang kita gunakan semuanya adalah baru sayang). Alhamdulillah kalau Li Ko mengerti tentang hal ini.
Sebenarnya jauh sebelum saya memutuskan untuk meng-iya kan ajakannya untuk berkunjung kerumahnya di Laos, saya sudah membicarakan tentang hal ini ke Li ko. Awalnya saya menolak ajakannya tersebut dikarenakan saya paling tidak mau merepotkan orang lain. Tetapi karena Li Ko sangat getol mengajak saya untuk ke rumahnya dan menyetujui semua kondisi yang saya utarakan untuk menyesuaikan kondisi saya sebagai muslim saat saya di rumahnya, akhirnya saya meng-iyakan ajakannya tersebut.
Pagi itu setelah kami selesai sarapan, kami pun bergerak meninggalkan kediaman Li Ko bersama dengan Ibu, Bapak, Adik dan Saudara-nya Li Ko juga bersama teman-teman saya dari Indonesia lainnya untuk melanjutkan perjalanan kami ke Vietnam.
bersambung…..
Tulisan ini disertakan pada “Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog” dari Mamah Gajah Ngeblogg.
1 Comment. Leave new
[…] Selanjutnya bisa dibaca di Trip Halal Asia Tenggara : Bandung-Thailand-Laos-Vietnam (2) […]